Buku Harian, economy

Content Marketing VS Paid Ads

Ada seorang pengusaha online yang tadinya menghabiskan anggaran iklan puluhan juta rupiah perbulan di platform iklan Facebook namun kini justru hijrah ke Youtube. Di Youtube dia fokus membangun tim sekitar 3 orang, belum termasuk suamianya dan dia sendiri terjun langsung muncul dalam conent video yang digarap. Hasilnya biaya iklan di facebook berhasil dipangkas menjadi 0 rupiah, dan kini dia tidak menggunakan iklan berbayar sama sekali.

Ada pula Youtuber dengan jutaan subscriber, yang akhirnya memulai bisnis sesuai dengan niche pemabahasan di Youtube-nya. Dia mengatakan rugi jika punya channel Youtube hanya mengandalkan Adsense-nya saja, lebih menguntungkan jika dijadikan kanal marketing usahanya sendiri.

Kenapa Content Marketing?

Definisi Kontent marketing adalah upaya marketing dengan cara membuat konten yang bermanfaat bagi orang lain. Karena konten tersebut bermanfaat sehingga pola penyberannya cukup dengan cara organik alias tidak berbayar.

Lalu dalam konten tersebut dapat di-sisipkan informasi mengenai bisnis kita dan apa penawaran kita, sehingga orang yang melihat konten tersebut dapat tertarik dan selanjutnya mencari info lebih atau bahkan langsung melakukan transaksi.

Namun berbeda dengan paid ads yang dapat kita set audiens-nya secara spesifik seperti apa ketertarikan meraka, status hubungan mereka, rentang umur mereka dan lain-lain, maka pada content marketing kita hanya bisa menarget tema atau topik dari minat mereka.

Sehingga buatlah tema atau topik pembahasan yang konsisten dengan tema bisnis yang ingin kita tawarkan. Semisal buat channel Youtube masak jika kita ingin berjualan produk yang berhubungan dengan dekorasi dapur, bumbu masak atau peralatan masak.

Buat channel tentang otomotif khususnya yang membahas tentang mobil jika kita memasarkan jasa bengkel, produk perawatan mobil atau aksesoris mobil. Akan tidak efektif jika kita bikin website atau channel youtube tentang masak namun memasarkan produk yang terkait otomotif.

Nah walaupun audience content marketing tidak tertarget secara spesifik namun keunggulannya adalah jangkauannya yang luas dan tidak berbabayar maka jumlah yang transaksi bisa saja menyamai traffic dari iklan berbayar.

Contoh kita memilik content dengan jumlah tayangan hingga 1juta tayangan/bulan, maka jika 0,1% dari pjumlah audience melakukan transaksi maka angkanya mencapai 1000 orang dan itu dari traffic yang gratis.

Oh iya angka rasio 0,01% itu kecil banget ya kalau kita bicara rasio konversi melalui iklan berbayar. Kalau iklan berbayar katakanlah bisa mencapi 10% transaksi dari audience yang sudah meng-klik iklan(bahkan lebih). Kenapa bisa setinggi itu? Ya tadi, karena audience-nya sudah tertarget. Dan ingat itu berbayar ya, jadi jika ada transaksi sebesar 10%, maka keuntungan dari transaksi tersebut harus meng-cover biaya iklan 90% audience yang telah mengklik iklan namun tidak transaksi.

Youtube vs Web Untuk Content Marketing

Dahulu content marketing hanyalah berupa artikel Web. Pada saat itu content video amatlah jarang, karena peralatan audio video masih sangat mahal selain itu jaringan internet pun masih merupakan barang mewah. Sehingga text artikel disertai gambar adalah format paling umum untuk sebuah konten.

Saat ini yang paling digandrungi adalah format video. Alasannya adalah format video bisa bersifat edukasi dan hiburan. Konten yang bersifat hiburan jangkauannya lebih luas, karena dicari atau tidak maka orang akan tetap menonton selama konten tersebut menarik dan sesuai tema yagn mereka senangi.

Berbeda dengan artikel yang lebih bersifat pengetahuan atau informasi, yang kecenderungannya hanya akan dibaca jika meraka mencari. Bahkan saat ini konten pengetahuan atau edukasi dalam format video lebih disenangi dari pada artikel.

Sehingga menurut saya paltform video seperti Instagram atau Youtube merupkan pilihan yang terbaik untuk menyebarkan konten marketing.

Satu alasan lain mengapa Video lebih disarankan untuk saat ini, karena jika audience melihat sosok kita di video menyampaikan sebuah materi itu akan jauh lebih dipercaya ketimbang tulisan. Karena melihat sosok kita dalam rekaman tersebut maka mereka dalam merasakan seolah-olah melihat langsung, apalagi yang tampil di video dapat menjabarkan sebuah materi dengan lancar dan meyakinkan ditambah syuting dengan bakcground properti yang mendukung maka tingkat keyakinan pemirsa akan menjadi lebih tinggi.

Syarat Content Video Marketing

Lalu pertanyaan berikutnya adalah bagaimana membuat sebuah content marketing berupa video yang jitu meningkatkan penjualannya? Syaratnya adalah harus menarik.

Lah bagaimana definisi menarik itu? Orang yang menyampaikan memahami seluk beluk dari apa yagn diulas, sehingga penyampaiannya tidak kaku dan terkesan ‘teks book’. Dengan begitu audience yang menyimak akan terkesima sehinga waktu tonton video akan lama dan sekalinya disisipkan penawaran dalam video tersebut maka orang akan tergerak untuk melakukan pembelian.

Bagiamana bisa menemukan orang yang memahami seluk beluk suatu bidang dan bisa lancar membahas tentang suatu hal di depan kamera? Cari orang yang passionate atau berpengalaman di bidang tersebut.

Sayangnya banyak orang mencari talent untuk mengisi content marketing berupa video atau content writer yang sekedar dapat membuat konten, terlebih mereka ditarget dengan quantity content. Sudah tidak passionate dan tidak mendalami bidang tersebut, ditarget pula dengan jumlah konten yang harus dihasilkan dalam setiap minggu atau bulan. Hasilnya?

Menurut saya content video atau artikel yang dihasilkan akan susah untuk menggaet calon pelanggan karena tentu hasilnya tidak menarik. Ibaratnya contennya tidak akan terkesan santai dan mengena,, tidak akan jlebb kena di hati para audience-nya. Alih2 hanya sekedar berkata dalam hati “Oh gitu…”

Tapi usaha mencari content creator yang biasa seperti diatas tetap perlu dihargai, daripada tidak melakukan upaya content marketing sama sekali.

Standard
atomic habits konsep resensi buku
Buku Harian Kehidupan

Menentukan Identitas Sebagai Pondasi

Tujuan utama artikel ini bukanlah mengenai resensi buku Atomic habits, namun sukar rasanya untuk tidak mengulas buku yang menurut saya cukup bagus dalam menawarkan cara untuk berubah. Buku ini adalah buku kedua yang pernah saya baca mengenai cara melakukan perubahan dalam hidup, buku sebelumnya adalah Change Anything. Kedua buku ini menawarkan sudut pandang berbeda yang keduanya menurut saya adalah original dan tidak saling terkait(kecuali tema-nya).

Ada dua hal point utama dalam buku Atomic Habits karya penulis James Clear ini. Yang pertama adalah bagaimana menciptkan perubahan kecil 1% setiap hari dalam hal terkecil sekalipun, ini dicontohkan bagaimana tim balap sepeda Inggris dapat sukses memenangkan kejuaran Olimpiade dan Tour De France berkali-kali, padahal sebelumnya puasa gelar lebih dari 10 tahun. Perubahan kecil yang continous alias berkelanjutan.

Point penting yang kedua adalah perubahan atau pencapaian tujuan bukanlah dipicu dari men-dewakan hasil atau goal, tapi fokuslah dengan sebuah sistem/proses yang perlu kita jalani untuk mencapai tujuan tersebut.

Lebih dasar lagi dibawah level proses, kita perlu menentukan identitas kita terlebih dahulu. Tujuannya agar proses yang kita lakukan dalam mencapai tujuan memiliki kekuatan konsistensi yang kuat karena berlandaskan identitas.

Konsep mengenai semua perubahan dan pencapaian seyogia-nya dimulai dari identitas ini menurut saya original dan begitu mengena.

Siapa Saya, Apa yang harus saya lakukan secara konsisten

Jadi mulai saat ini alih-alih berfokus pada hasil yang akan anda capai, langkah awal berikutnya adalah tentukan identitas anda. Setelah menemukan identitas anda, berfokuslah pada proses apa yang perlu anda lakukan secara konsisten dan berkesinambungan agar dapat mencapai tujuan anda.

Anda seorang content creator, engineer, adminstrator, senator advertiser atau affiliate marketer? Tentukan lebih dulu dari sekarang.

Standard