Buku Harian Wordpress

Proses Lebih Penting Daripada Hasil Dalam Membangun Website

Sebuah hasil perenungan pada tanggal: 13-November-2015:

Kenapa proses lebih penting daripada hasil dalam hal membangun sebuah website:

Website adalah aset.

Bangun sebuah website adalah membangun sebuat aset yang akan menghasilkan kedepannya. Bagaimana membangun sebuah aset dengan tujuan-tujuan tertentu, tapi bagaimana membangun sebuah aset dengan proses yang menyenangkan lalu tanpa disadari suatu hari akan menghasilkan nilai yang tak terkira.

Mengapa bukan dengan mengejar target-target tertentu semata? Karena dalam memulai kita adalah single fighter, semuanya harus kita lakukan sendiri tanpa sumber daya yang memadai. Jika kita tidak menikmati proses tersebut kita hanya akan stres dan malah tidak dapat menciptakan nilai yang bermanfaat.

Jadi bagun sebuah website dengan cara dan “aliran” yang kau nikmati, enjoylah setiap hari demi hari. Tunggu hingga suatu hari aset mu itu akan bermanfaat bagi orang lain dan nilainya menjadi luar biasa.

Standard
Buku Harian Wordpress

Kenapa Blogging Begitu Menancap Dalam Pikiran Saya

Pernah lihat berita bagaimana residivis bandar narkoba yang tertangkap lagi oleh polisi dengan kasus yang sama, atau maling motor yang tertangkap oleh masa padahal baru saja keluar Hotel Prodeo dengan kasus yang serupa?

Ada beberapa kemungkinan yang melatarbelakangi kejadian berulang seperti itu. Mungkin hanya itu keahlian yang mereka bisa, atau karena masih terpengaruh circle lama yang tidak berubah atau mungkin mereka merasakan hasilnya yang cukup besar dan mudah untuk didapat sehingga mengulangi keburukan itu adalah cara singkat untuk mendapatkan uang.

So do i …

Hal serupa terjadi dengan saya dalam hal menulis di website.

Saya menekuni dunia internet saat Google merajai ranah dunia maya.

Merajai dalam artian menjadi satu-satunya yang absolute setelah Altavista dan Yahoo mulai kehilangan pamor. Dan saat social media seperti facebook, Instagram dan platorm berbagi video (youtube) masih belum ada apa-apanya.

Sehingga artikel dalam website adalah yang utama dalam hal referensi. Saat ini tentu instagram, group facebook, dan youtube/tiktkok menjadi saingan dalam hal wadah menyajikan sebuah informasi.

Lalu menagapa masih ingin blogging?

Pertanyaan tersebut membuat saya berkaca pada kisah residivis kambuhan yang saya ceritakan pada bagian pembuka tulisan ini.

Ada faktor yang mungkin saya menikmati proses menulis yang melatih kita untuk berpikir runut untuk menyampaikan sesuatu atau membentuk kita berpikir kritis dalam memilih sumber referensi terpercaya.

Atau karena saya yang belum bisa move on? Mungkin dalam pikiran bawah sadar saya berkata bahwa blogging masih mudah seperti dulu saat era social media belum begitu populer seperti sekarang.

Atau mungkin saya penasaran karena sesungguhnya selama ini belum bisa berhasil seperti teman-teman dulu di dunia blogging yang bisa menghasilkan ratusan juta atau milyaran repes dari hasil aktifitas blogging. Padahal saya sudah mengetahui beberapa trick-nya yang dulu saya keliru jalani.

Sehingga mungkin dalam pikiran bawah sadar saya berkata: “Coba blogging sekali lagi dengan memperbaiki kesalahan itu barangkali kali ini kamu bisa sukses besar dari hasil blogging”.

Kesimpulan

Setelah saya menjabarkan dalam tulisan di atas, alasan utama dalam pikiran saya untuk masih terus ingin kembali ke blogging adalah karena di poin 1 dan 3.

Saya merasakan manfaat dari menulis, seperti halnya dalam tulisan ini saya mengurai kesemerawutan dalam pikiran saya yang saya tuangkan dalam paragraf demi paragraf mengenai kemungkinan sebab-sebabnya.

Alasan lainnya adalah saya penasaran selama ini sudah bertahun-tahun blogging tapi masih belum bisa mendapatkan hasil yang sangat besar seperti yang didapatkan oleh teman-teman. Namun perlu disadari saat ini eranya sudah berubah, informasi dalam bentuk arikel website sudah bukan satu-satunya pilihan. Maka pertanyaannya adalah, apakah masih relevan untuk mengejar hasil besar dari aktifitas blogging?

Padahal itu sudah bukan satu-satunya jalan untuk mendapatkan hasil yang besar saat ini. Saya telah menjumpai bagaimana orang bisa sukses berjualan kosmetik, produk fashion, jasa wisata dengan bermodalkan iklan berbayar. Atau Youtuber dengan penghasilan besar mengalahkan blogger. Atau berjualan melalui instagram dan TikTok.

Pertanyaan dasarnya kembali ke diri kita: Apakah anda akan menikmati setiap detail prosesnya? Sehingga kenikmatan itu dapat dinikmati sepanjang hari, bukan hanya memikirikan uang yang akan di dapat. Saya pikir disitulah salah satu keberkahan berada.

Kalau mau lanjut blogging apa yang perlu di koreksi dari yang saya lakukan seama ini? Next artikel.

Standard
Buku Harian Kehidupan

Self Evaluation: Ternyata Saya Kurang Agresif

Kemarin sepulangnya dari Semarang begitu melihat Google Maps terjadi kemacetan yang cukup serius di daerah Magelang. Jalur di maps berwarna merah yang menandakan kemacetan yang parah. Lazimnya Google Maps memberikan jalur alternatif melalui jalan kecil yang tembusannya adalah jalan sesudah lokasi kemacetan tersebut.

Dua kali Maps menunjukan jalur alternatif tapi saya menolak, dalam hati berpikir habis ini juga lancar kok. Nyatanya kemacetan yang disebabkan oleh truk besar yang mogok ditikungan membuat terlambat sampai di rumah lebih dari satu jam dan kondisinya memang parah, jauh lebih baik jika saya mengikuti jalur alternatif di Google Maps.

Gagal Lalu Berbalik Kok Susah Amat

Pada kenyataannya kenapa saya tidak mengikuti jalur alternatif dari Google Maps adalah [MUNGKIN] karena khawatir kalau ternyata jalur itu tidak bisa dilewati karena jalannya terlalu kecil, sehingga akan lebih aman cukup di jalur utama saja walaupun akhirna jadi lama sekali.

Padahal dalam mengikuti jalur baru, akhirnya saya berpikir kalau buntu atau jalurnya sempit tidak bisa dilalui cukup berputar balik dan mentolerir kegagalan tersebut, jangan menyalahkan. Namanya juga mencoba, toh mobil yang saya bawa adalah mobil kecil sehingga mudah untuk putar balik. Lainnya halnya kalau kita membawa bus besar.

Mobil Kecil = Usaha Kecil

Mempunyai usaha kecil tanpa karyawan atau hanya satu karyawan saja kok mikirnya sangat berhati-hati seperti mengepalai perusahaan dengan ribuan karyawan. Berhati-hati membawa mobil kecil tentu harus, tapi sampai takut bertindak untuk mencoba hal baru bukanlah sesuatu yang baik.

Mencoba menemukan ide peluang bisnis baru dari orang lain, sedangkan kita tidak berani menjalani dari hal yang kecil menikmati sebuah proses tanpa sebuah kepastian hasil adalah omong kosong. Mencobalah terus sambil terus belajar.

Kamu hanyalah “membawa mobil kecil”, temukan jalan baru jangan takut putar balik. Aset yang kamu miliki hanyalah kemampuan logika dan nama baik(reputasi). Kamu nggak punya aset atau modal finansial yang besar, kamu hanyalah usaha kecil

Standard
Buku Harian, economy

Binasalah SEO… Sini tampar duluu

Beberapa tahun belakangan ini saya sudah pesimis dengan SEO. Rangking sulit karena persaingan, bikin artikel yg menarik dan berbobot pun tidak instan ditambah faktor kecepatan loading skrg menjadi salah satu faktor penentu SEO(ditambah google meluncurkan AMP) komplitlah penderitaan pemuja SEO.

Lain halnya begitu saya mencoba menggunakan traffic berbayar. Tampilan website yg menarik mmg perlu tapi bukan yg utama, toh mayoritas user saat ini mengakses dari smartphone sehingga tampilan web tidak begitu penting.

Yang terpenting adalah layanan atau produk yg kita tawarkan dapat ditemukan oleh mereka yg membutuhkan, disampaikan dng copywriting yg mengena. Cukup.

Karena itu faktor printilan yg jelimet untuk faktor2 pendukung SEO tidak perlu dipedulikan. Sehingga adagium “Semua akan nge-Ads pada waktunya” menjadi pegangan sy beberapa tahun belakangan ini.

Tamparan Keras Bagi Pengabai SEO

“Tamparan keras” datang kepada sy saat tetangga yg tidak mengenal SEO sebelumnya, belajar dan mempraktikkan SEO hingga hasilnya dapat meng-eksport satu kontainer 20feet bahan makanan/minuman ke salah satu negara Uni Eropa. Jlebbb…

Adagium “SEO is Death” atau “Semua akan ADS pada waktunya” seakaan terbantahkan.

Namun apakah berarti SEO masih besar peluangnya sebagai sarana pemasaran untuk semua bidang di tahun 2022 ini?

Flash back Content Internet di Masa Lalu

Kenapa adagium yang telah saya sebutkan di atas begitu saya yakini? Karena pada keyataannya SEO saat ini memang tidak mudah.

Berat untuk tidak menceritakan bagaimana dulu saat era sosial media belum begitu berkuasa, saat friendster hanyalah satu-satunya yang terkenal di Indonesia, kemudian facebook masih baru-baru ada dengan tampilan dan algoritma seadanya.

Era bandwidth masih sangat mahal dan Youtube masih awal-awal sehingga amat sedikit yang menonton video di internet.

Di era itulah konten artikel dalam blog atau website adalah raja. Subscriber dalam bentuk RSS di sebuah blog, bukan follower Instagram atau Subscriber Youtube.

Membuka sebuah website secara rutin adalah kewajiban untuk menikmati kontent yang berkualitas. Tanpa gimick drama atau click bait di Judul.

SEO Untuk Pemasaran Bidang Tertentu

Sebenarnya jika kita berbicara SEO ujungnya yanng akan kita capai itu ada 2, yang pertama adalah artikel kita mencapai posisi top untuk dinikmati pembaca lalu menge-klik slot iklan yang ktia pasang seperti adsense.

Atau yang kedua adalah artikel kita berada di posisi puncak dengan tujuan untuk menawarkan jasa atau produk kita.

Dalam artikel ini saya menekankan dua fakta yang tidak terbantahkan bahwa SEO saat ini Sudah berat persaingannya dan SEO membutuhkan waktu untuk dapat kelihatan hasilnya.

Namun apakah Mustahil, HARAM, atau NISTA(lebay..) menggunakan trik pemasaran SEO untuk saat ini? Jawabannya TIDAK.

SEO di tahun 2022 ini masih sangat mungkin digunakan untuk memasarkan bidang yang sangat niche, alias bidang tertentu yang persaingannya tidak berdarah-darah dan tidak banyak yang ngkilan.

Tidak banyak yang ngiklan karena bukan produk pasaran yg memang banyak dicari, demand-nya sedikit tap sekalinya transaksi jumlahnya menggiurkan.

Atau memang demandnya tidak terlalu banyak karena penyedia produkbta juga tidak banyak. Untuk bidang itulah saya masih optimis SEO bisa dimaikan dengan konten marketing yang menarik dan berkualitas… Wasalam.

Standard
economy

Karakter Bisnis Berjualan Barang Seken

Orang jualan tentu ada karakteristik pasaranya alias tipe pembelinya Juga berdasarkan kategori barangnya maka ada juga karakter permintaannya.

Jualan barang bekas katakanlah mobil, motor, gadget atau sepeda bekas karakter permintaannya adalah orang yg membandingkan dengan harga barunya.

Biasanya mereka membandingkan ke harga baru, atau berpatokan pada dana yg dimiliki.

Dengan dana sekian bisanya dapet barang ABC bekas apa… Berpikirnya sudah tidak lagi membandingkan atau mensurvey barang baru karena sudah sadar dananya mepet. ( Ya itulah kira2 mindset saya, kenapa sy selalu beli barang bekas). 🤭

Selain itu karakter permintaannya tidak stabil. Perlu dilihat trend kebutuhannya berdasar momen tertentu. Naik atau turun drastis bisa dalam hitungan minggu.

Yang jelas perelu dilihat trend short termnya, misal dalam waktu dekat adalah anak mulai masuk sekolah ya untuk produk yg sifatnya nggak terlalu penting tentu perlu dihindari karena uang orang2 lebih diutamkan untuk sekolah anak.

Standard
Buku Harian Kehidupan

Keinginan dan pengorbanan

Seiring bertambahnya umur keinginan seyogianya semakin berkurang bukan semakin bertambah. Menagapa?

Karena sumber daya kita terbatas. Kemampuan belajar semakin menurun karena harus fokus pada hal yg langsung menghasilkan.

Kesempatan utk observasi hal baru alias trial and error mungkin saja dilakukan asal hal yg pasti sudah bisa berjalan stabil. Kalau belum ya jng berharap.

Syukur-syukur hal yg sudah stabil itu bisa mendanai proyek baru yg masih coba-coba. Kalo nggak, ya berat Jhon..

Standard
Buku Harian Wordpress

Blogging + SEO It’s So Complicated

Saat ini saya sedang mencari aged domain untuk membuat blog baru. Membuat blog baru karena ada beberapa puluh artikel yang sayang tidak di publikasikan, dan ingin saya publikasikan kembali. Namun jika menggunakan domain baru maka naiknya akan lama, sehingga dicarilah domain bekas(aged) yang sudah punya reputasi bagus dengan tema niche sejenis.

Bukan tentang teknis SEO dan blogging mendetail yang ingin saya bahas dalam tulisan ini, melainkan adalah betapa jelimetnya proses teknis untuk membangun blog yang SEO friendly.

Kita perlu memikirkan setup google search console, analytics, penempatan keyword di dalam artikel dan tidak lupa adalah backlink. Itu sendiri belum penulisan artikelnya. Tentang CMS-nya dalam hal ini jika kita pakai WordPress perlu memikirkan theme dan plugin yang akan dipakai, hosting-nya juga juga jangan dilupakan.

Setup hosting dan WordPress, agar lebih aman seperti setup config.php-nya atau htaccesss-nya. Akeses Mobile Friendly, loading page time atau bahkan setup AMP bikin kepala makin pusing. Semua tentang teknis yang jelimet padahal itu bukan yang utama. Itu semua tanpa content artikel yang menarik maka blog atau web bukanlah apa-apa.

Goal Terlupakan

Jika kita dituntut menyelami detail itu semua kita jangan terlupa akan gambaran besar akan tujuan akhir dari website/blog yang ktia buat untuk apa? Untuk mendapatkan penghasilan. Dengan Cara Apa?

Memasang iklan atau berjualan produk/jasa kah? Jika mencari uang dari pemasang iklan maka kita harus menyediakan artikel yang bermanfaat secara berkelanjutan dan SEO friendly. Jika berjualan tentu kita perlu memperhatikan produk kita dan saingannya beserta copy writting penawarannya.

Pada kenyataannya akan susah fokus pada tujuan akhirnya jika kita sudah dituntut banyak akan hal jelimet selama masa pembuatannya sarananya terlebih dahulu.

Instagram & Youtube Langsung ke Tujuan

Berbeda dengan website atau blog self hosting yang perlu kita siapkan segala macamnya, platform social media seperti Instagram atau Youtube menawarkan kita kemudahan untuk hanya berfokus pada konten yang ingin kita sajikan tanpa perlu memikirkan hal teknis sebelumnya.

Selama kita bisa menampilkan konten grafis(foto) atau video yang menarik maka algoritma akan menaikannnya sehingga menjadi konten populer. Kuncinya di kata “Menarik” bukan bermanfaat. Bisa saja bermanfaat, namun jika tidak ditampilkan secara menarik sehingga Audience Retention atau jumlah like tidak tinggi maka algoritma tidak menganggapnya itu perlu untuk disebarkan ke lebih banyak audience.

Di kedua platform tersebut kita bisa lebih berfokus ke konten dan tujuan utama-nya. Dan saat ini kedua platform tersebut memang justru menjadi rujukan yang utama, jadi saya pikir perlu untuk meningalkan website dan menyebrang ke dua platform social media ini ketimbang harus berjuang dengan SEO Website, kecuali membuat website landing page yang kemudian di iklankan.

Standard
economy

Traction= Demand + Teknik Marketing yg Tepat

Sebutlah namanya Insmo, dia menyediakan suatu service yg sebenarnya 5 tahun yg lalu sudah sy pikirkan konsepnya dan sdh saya lakukan juga.

Layanan itu ada di samudra biru, tanpa persaingan sama sekali di saat 5 tahun lalu. Hingga kemudian pemain besar mulai merambah ke layanan tersebut.

Pemain besar itu bukan hanya pemain lokal namun juga pendatangan dari negara tetangga, Malaysia.

Hingga jadilah pasar tersebut cukup menjadi samudra merah saat ini. Namun kenapa dulu saat masih tanpa persaingan saya tidak berhasil?

Pembedanya di Teknik Marketing

Bedanya ada di teknik marketing. Pemain kecil Yang berhasil ini menampilkan konten marketing berupa video yang membuatnya lebih mudah dipercaya.

Bahkan para pemain besar saya yakin tidak akan sukses selama mereka hanya bermodal nama besar dan contact list, tanpa teknik marketing seperti Insmo ini.

Mungkin pemain besar akan kuat karena mereka ada data pelanggan, tapi selama tidak ada content marketing yg meyakinkan calon customer angka keberhasilannya akab kecil. Content marketing berupa video yg menampilkan sosok kita secara langsung adalah kunci meyakinkan calon pembeli saat ini.

Standard
Buku Harian

Mencari di Instagram

Judul di atas terlihat sederhana, mudah dipercaya tapi agak sulit dicerna.

Bagi yg berusia belasan atau dua puluh tahunan paragraf di atas terkesan aneh. Tapi bagi saya yg berumur kepala 3 bisa jadi hal yg benar.

Orang dulu hanya mencari di google, anak muda saat ini mencari di IG bahkan tiktok.

Sehingga sebaiknya bukan hanya mengandalkan upaya SEO atau SEM di hasil pencarian google saja yg penting, tapi dari sosial media seperti IG dan Tiktok.

Keduanya punya karakter audiense yg berbeda. Pencari di Google lebih berumur, mapan dan konvensional. Pengguna IG lebih muda, dinamis dan cenderung selektif dlm hal harga.

Standard
economy

Product Driven Selling

Mejual produk yg diiklankan dengan iklan berbayar di fb ads, google ads atau tiktok ads adalah menjual dengan cara menggoda.

Jadi dr yang saya amati, produknya itu haruslah menggoda. Menggoda karena unik, baru sehingga belum pernah ditemukan sebelumnya atau produk yg terlihat keren sehingga calo pembeli merasa akan lebih keren jika memakainya.

Tentang produk itu berkualitas atau bagaimana kualitas aslinya saat sampai di tangan, itu hal belakangan.

Sehingga banyak pembeli yg merasa kecewa dalam membeli produk secara online yg di-iklankan oleh si penjual. Walau untungnya besar, tapi menipu secara halus kepada calon pembeli itu yg saya tidak bisa.

Menipu secara halus? Ya.. membuat landing page yg over promised thd produk, tapi kita sendiri nggak tau kualitas produknya. Atau, membuat ads dan landing page yg benar2 menggoda tapi kita sadar bahwa produknya sampah.

Saat sini eranya anak muda banyak yg kaya melalui digital tapi tidak bernurani. Kalau zmaan dulu? Sama saja, era bloging bikin artikel copas yg mengakali kerja google search. Bisa kaya, tap tidak longterm.

Standard
Buku Harian, economy

Content Marketing VS Paid Ads

Ada seorang pengusaha online yang tadinya menghabiskan anggaran iklan puluhan juta rupiah perbulan di platform iklan Facebook namun kini justru hijrah ke Youtube. Di Youtube dia fokus membangun tim sekitar 3 orang, belum termasuk suamianya dan dia sendiri terjun langsung muncul dalam conent video yang digarap. Hasilnya biaya iklan di facebook berhasil dipangkas menjadi 0 rupiah, dan kini dia tidak menggunakan iklan berbayar sama sekali.

Ada pula Youtuber dengan jutaan subscriber, yang akhirnya memulai bisnis sesuai dengan niche pemabahasan di Youtube-nya. Dia mengatakan rugi jika punya channel Youtube hanya mengandalkan Adsense-nya saja, lebih menguntungkan jika dijadikan kanal marketing usahanya sendiri.

Kenapa Content Marketing?

Definisi Kontent marketing adalah upaya marketing dengan cara membuat konten yang bermanfaat bagi orang lain. Karena konten tersebut bermanfaat sehingga pola penyberannya cukup dengan cara organik alias tidak berbayar.

Lalu dalam konten tersebut dapat di-sisipkan informasi mengenai bisnis kita dan apa penawaran kita, sehingga orang yang melihat konten tersebut dapat tertarik dan selanjutnya mencari info lebih atau bahkan langsung melakukan transaksi.

Namun berbeda dengan paid ads yang dapat kita set audiens-nya secara spesifik seperti apa ketertarikan meraka, status hubungan mereka, rentang umur mereka dan lain-lain, maka pada content marketing kita hanya bisa menarget tema atau topik dari minat mereka.

Sehingga buatlah tema atau topik pembahasan yang konsisten dengan tema bisnis yang ingin kita tawarkan. Semisal buat channel Youtube masak jika kita ingin berjualan produk yang berhubungan dengan dekorasi dapur, bumbu masak atau peralatan masak.

Buat channel tentang otomotif khususnya yang membahas tentang mobil jika kita memasarkan jasa bengkel, produk perawatan mobil atau aksesoris mobil. Akan tidak efektif jika kita bikin website atau channel youtube tentang masak namun memasarkan produk yang terkait otomotif.

Nah walaupun audience content marketing tidak tertarget secara spesifik namun keunggulannya adalah jangkauannya yang luas dan tidak berbabayar maka jumlah yang transaksi bisa saja menyamai traffic dari iklan berbayar.

Contoh kita memilik content dengan jumlah tayangan hingga 1juta tayangan/bulan, maka jika 0,1% dari pjumlah audience melakukan transaksi maka angkanya mencapai 1000 orang dan itu dari traffic yang gratis.

Oh iya angka rasio 0,01% itu kecil banget ya kalau kita bicara rasio konversi melalui iklan berbayar. Kalau iklan berbayar katakanlah bisa mencapi 10% transaksi dari audience yang sudah meng-klik iklan(bahkan lebih). Kenapa bisa setinggi itu? Ya tadi, karena audience-nya sudah tertarget. Dan ingat itu berbayar ya, jadi jika ada transaksi sebesar 10%, maka keuntungan dari transaksi tersebut harus meng-cover biaya iklan 90% audience yang telah mengklik iklan namun tidak transaksi.

Youtube vs Web Untuk Content Marketing

Dahulu content marketing hanyalah berupa artikel Web. Pada saat itu content video amatlah jarang, karena peralatan audio video masih sangat mahal selain itu jaringan internet pun masih merupakan barang mewah. Sehingga text artikel disertai gambar adalah format paling umum untuk sebuah konten.

Saat ini yang paling digandrungi adalah format video. Alasannya adalah format video bisa bersifat edukasi dan hiburan. Konten yang bersifat hiburan jangkauannya lebih luas, karena dicari atau tidak maka orang akan tetap menonton selama konten tersebut menarik dan sesuai tema yagn mereka senangi.

Berbeda dengan artikel yang lebih bersifat pengetahuan atau informasi, yang kecenderungannya hanya akan dibaca jika meraka mencari. Bahkan saat ini konten pengetahuan atau edukasi dalam format video lebih disenangi dari pada artikel.

Sehingga menurut saya paltform video seperti Instagram atau Youtube merupkan pilihan yang terbaik untuk menyebarkan konten marketing.

Satu alasan lain mengapa Video lebih disarankan untuk saat ini, karena jika audience melihat sosok kita di video menyampaikan sebuah materi itu akan jauh lebih dipercaya ketimbang tulisan. Karena melihat sosok kita dalam rekaman tersebut maka mereka dalam merasakan seolah-olah melihat langsung, apalagi yang tampil di video dapat menjabarkan sebuah materi dengan lancar dan meyakinkan ditambah syuting dengan bakcground properti yang mendukung maka tingkat keyakinan pemirsa akan menjadi lebih tinggi.

Syarat Content Video Marketing

Lalu pertanyaan berikutnya adalah bagaimana membuat sebuah content marketing berupa video yang jitu meningkatkan penjualannya? Syaratnya adalah harus menarik.

Lah bagaimana definisi menarik itu? Orang yang menyampaikan memahami seluk beluk dari apa yagn diulas, sehingga penyampaiannya tidak kaku dan terkesan ‘teks book’. Dengan begitu audience yang menyimak akan terkesima sehinga waktu tonton video akan lama dan sekalinya disisipkan penawaran dalam video tersebut maka orang akan tergerak untuk melakukan pembelian.

Bagiamana bisa menemukan orang yang memahami seluk beluk suatu bidang dan bisa lancar membahas tentang suatu hal di depan kamera? Cari orang yang passionate atau berpengalaman di bidang tersebut.

Sayangnya banyak orang mencari talent untuk mengisi content marketing berupa video atau content writer yang sekedar dapat membuat konten, terlebih mereka ditarget dengan quantity content. Sudah tidak passionate dan tidak mendalami bidang tersebut, ditarget pula dengan jumlah konten yang harus dihasilkan dalam setiap minggu atau bulan. Hasilnya?

Menurut saya content video atau artikel yang dihasilkan akan susah untuk menggaet calon pelanggan karena tentu hasilnya tidak menarik. Ibaratnya contennya tidak akan terkesan santai dan mengena,, tidak akan jlebb kena di hati para audience-nya. Alih2 hanya sekedar berkata dalam hati “Oh gitu…”

Tapi usaha mencari content creator yang biasa seperti diatas tetap perlu dihargai, daripada tidak melakukan upaya content marketing sama sekali.

Standard